Summer Strike: Drama 'Healing' Penuh Makna Kehidupan

sumber foto: hancinema.net

"Aku pergi kerja, lalu aku pulang. Aku pergi kerja, lalu pulang lagi. Pergi kerja. Pulang. Pergi kerja lagi. Aku masih hidup, tapi hampir tidak." 
(Lee Yeo-reum)

Adakah yang merasa lelah dengan kehidupan perkotaan yang menuntut selalu semangat? Kamu, tidak sendirian. Banyak manusia di luar sana yang pasti mengalami hal yang sama sepertimu. Tidak masalah hidup realistis, tapi ada saatnya kamu harus berani mengubah jalur hidupmu ketika sudah merasa 'tidak baik-baik saja'. Untuk apa terus berada di tempat yang sama ketika itu sudah menjadi racun untuk batin dan badanmu?

Ada sebuah drama dari Korea Selatan yang baru saja selesai aku tonton. Summer Strike (2022) drama berkisah tentang Lee Yeo-reum (Kim Seol-hyun) yang hidup di kota Seoul, bekerja di sebuah kantor penerbitan yang kinerjanya tidak pernah diakui. Ia hampir tidak pernah dianggap di sana. Rekannya menganggapnya lemah dan tidak sungkan untuk menyuruhnya melakukan pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan sendiri oleh si pelaku, seperti cuci gelas, membuat kopi, dan hal sepele lainnya. Ia merasa lelah, hanya saja masih bisa bertahan. 

Lee Yeo-reum memiliki pacar yang sudah lelah dengan dirinya. Kala itu, tiba-tiba saja sang pacar memutuskannya dengan sepihak. Tak lama berselang, Ibunya meninggal. Dunianya semakin kacau lagi. Ditambah dengan dilema dunia kerjanya yang tidak bersahabat. Lama-kelamaan, ia merasa lelah dan memutuskan untuk keluar dari kantornya.

Sebuah kisah baru dimulai, ketika ia memutuskan untuk pindah dari Seoul menuju sebuah desa Angok. Disana ia bertemu dengan dunia baru, dengan orang-orang baru pula. Yeo-reum bertemu dengan Ahn Dae-bum (Im Si-wan), petugas perpustakaan yang introvert, kalem, murah senyum, dan pemalu. Hal baik dan buruk datang silih berganti. Di desa itu, kisahnya benar-benar bermula.

Drama yang ringan ini sangat banyak menyelipkan beberapa makna penting untuk kehidupan. Berikut poin-poin dari drama Summer Strike:

1. Berani untuk memulai perubahan

Satu hal yang sangat aku concern dari drama ini yaitu, berani untuk memulai perubahan. Beberapa orang ada yang tidak berani untuk  mengambil langkah baru, dengan alasan sudah nyaman. Katakan saja dalam dunia kerja. Ketika seseorang di kantornya sudah merasa tidak nyaman dengan lingkungan kantor, tidak membuat berkembang dan tidak ada perubahan apapun, terasa semakin hari semakin melelahkan, bahkan mungkin dia sudah merasa ada yang tidak beres tetapi tidak mau mencari pekerjaan lain hanya karena 'sulit' mencari kerja tanpa mau mencoba terlebih dahulu, hal tersebut sesungguhnya menyiksa diri sendiri.

sumber foto: hancinema.net

Di drama ini, Yeo-reum berani keluar dari zona yang sudah sangat tidak nyaman dan mencari zona baru untuknya berkembang dan menemukan jati diri. Ia merelakan segala apa yang didapatnya di kota, mulai dari tempat tinggal yang nyaman, gaji yang stabil, dan segala apa yang ia punya, demi merubah kehidupannya. Ia masih bersemangat untuk hidupnya di hari esok, tidak melulu pasrah dan berharap ada kejadian ajaib di hari esok tanpa melakukan apapun.

2. Hidup minimalis

Ketika Yeo-reum memutuskan untuk pindah dari Seoul ke Angok, ia hanya membawa pakaian secukupnya dan barang yang diperlukannya. Ia memilah pakaian yang mungkin untuk dipakai dan memasukkannya ke dalam sebuah tas, kemudian sepasang sepatu dan sendal, satu buah cangkir dan beberapa perlengkapan lainnya. Ia memutuskan untuk menjual barang yang sudah menemani hidupnya kala itu. 

sumber foto: hancinema.net

Di satu sisi, Yeo-reum hanya memiliki tabungan yang pas-pasan. Ia sudah menargetkan uang tabungannya cukup untuk hidupnya sampai satu tahun kedepan.

Tanpa disadari, kita juga sering membeli barang yang tak terlalu berguna, atau hanya karena ingin sekedar koleksi saja. Padahal, barang yang kita beli belum tentu benar-benar terpakai oleh kita dan hanya tergeletak memenuhi ruang saja. Kita terlalu tidak bijak dengan keuangan. Realita manusia yang miris.

3. Tidak masalah untuk tidak melakukan apa-apa untuk sementara

Yeo-reum memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa dan ingin bersenang-senang saja saat tiba di desa. Benar saja, ia hanya melakukan beberapa hal ketika sampai di desa, seperti pergi ke perpustakaan untuk membaca buku (yang pada akhirnya punya tujuan untuk menemui Ahn Dae-bum wkwk), melakukan beberapa pekerjaan rumah, dan bersantai saja. 

sumber foto: hancinema.net

Kamu boleh bersantai dan sesungguhnya sangat dianjurkan untuk bersantai sejenak dari penatnya hidup yang mengharuskanmu untuk tetap penuh energi. Tapi, jangan terlalu lama. Sejenak saja, yang benar-benar istirahat total.

Karena pada akhir episode, Yeo-reum memutuskan untuk bekerja kembali, tetapi hanya sekedar mengisi waktu luangnya saja.

4. Berteman dengan orang dari segala usia ternyata menyenangkan

Yeo-reum di kota hampir tidak memiliki teman, sangat berbanding terbalik dengan di desa. Ia hampir bisa dekat dengan siapapun. Di Angok, ia dekat dengan Kim Bom (Shin Eun-soo) yang lebih muda darinya, begitupun dengan neneknya Bom dan beberapa warga desa lain yang lebih tua darinya.
 
sumber foto: hancinema.net

Tanpa disadari, ketika kita terbuka kepada siapapun, kita lebih dewasa dalam menyikapi berbagai permasalahan. Begitupun Yeo-reum yang semakin dewasa dalam menyikapi sesuatu di episode-episode akhir drama ini. 

5. Ketemu cowok ganteng? Bonus!

sumber foto: hancinema.net

Tidak disangka, keputusannya untuk pindah ke Angok mempertemukannya kepada penjaga perpustakaan ganteng yang manis bak gulaliiii. Apakah Yeo-reum meminta untuk ketemu jodoh? Tidak. Ia hanya ingin merubah hidupnya, yang ternyata merubah kisah cintanya juga menjadi manis. Definisi kita yang menemui jodoh ini, dong?

6. Bahagia tercipta dari hal sederhana

"Aku memikirkan konsep kebahagiaan. Menurut kamus, kebahagiaan adalah kondisi emosional positif yang digambarkan dengan perasaan seperti kepuasan, sukacita, dan kepuasan hidup. Kurasa itu terlalu panjang. Begini caraku menyingkatnya. Kebahagiaan. Keadaan tidak kekurangan apa pun."
(Lee Yeo-reum)

sumber foto: hancinema.net

Poin terakhir yang bermakna dari drama ini adalah definisi kebahagiaan yang sesungguhnya. Yeo-reum sangat bahagia setiap pagi bersepeda dan menghirup udara segar, minum air ketika haus, mencium wangi deterjen saat menjemur pakaian, dan segalanya ia syukuri dengan kesederhanaan tersebut. Juga, ketika masih bersama dengan orang yang dicintai, ia merasa cukup.
Dan... sudahkah kamu merasa cukup dan bahagia hari ini?

Pada akhirnya, kita hanya perlu punya dua hal; ketegasan dan rasa syukur. Ketegasan yang dimaksud adalah berani mengambil langkah untuk hidup lebih baik dan bersykur atas nikmat yang masih diberikan sang pencipta. 

Drama Summer Strike ini benar-benar membuka pikiranku yang 'memang' jenuh akan hidup datarku saat ini. Bahkan emosi pun hampir tak ada. Ah, sungguh terima kasih dengan adanya drama ini! Aku yakin drama ini juga punya dampak positif di kehidupan kalian ketika selesai menontonnya. Aku sangat yakin!



Komentar

Postingan Populer